Geregetan saya kalau melihat sebagian diantara mahasiswa ITS yang datang terlambat, bahkan ada diantara mereka yang datang ketika kegiatan kuliah sudah hampir diakhiri. “ini anak niat kuliah gak!” kadang saya terlontar kata-kata seperti itu, atau “anak ini gak punya rasa hormat sama sekali dengan dosen”.
Mungkin ini hanyalah satu contoh diantara sekian banyak kejadian serupa yang terjadi diluar sana. Datang terlambat seperti sebuah menu wajib yang harus dilaksanakan oleh sebagian orang. Kalau tidak datang terlambat sepertinya ada yang kurang, mungkin itulah perasaan mereka, atau kalau tidak datang terlambat minimal sekali kayaknya “kurang gentlemen”.
Terlambat adalah sebuah budaya yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Indonesia jika kita melihatnya secara global. Tidak bisa dipungkiri karena budaya “akut” ini telah merambah di semua kalangan, semua kegiatan baik dari level RT sampai level tertinggi sekalipun.
Terlambat adalah sebuah budaya yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Indonesia jika kita melihatnya secara global. Tidak bisa dipungkiri karena budaya “akut” ini telah merambah di semua kalangan, semua kegiatan baik dari level RT sampai level tertinggi sekalipun.
Kembali pada mahasiswa ITS tadi, memang jarang dosen yang sampai bertanya kenapa mereka terlambat, toh ketika ditanya jawabannya kebanyakan sama, jarang sekali yang menjawab berbeda dan lebih “kreatif”. Kebanyakan masalah terlambat bangun tidur, lalu apanya yang salah dengan istilah “bangun tidur”, penyakit ini wajar kalau jika dimiliki mahasiswa, tetapi ada tidak sekedar satu, mahasiswi yang juga bermasalah dengan bangun tidur. Bahkan ada satu-dua mahasiswi yang kalau saya perhatikan seringkali masuk kelas ketika kuliah sudah lebih dari setengah perjalanan, entah ini masalah bangun tidur juga atau tidak.
Kalau melihat kasus-kasus kedisiplinan mahasiswa yang kurang tersebut, kadang saya berpikir, bagaimana bisa mahasiswa yang katanya merupakan tumpuan masa depan bangsa bisa seperti itu. Disiplin waktu yang seharusnya bisa menjadi martabat bangsa, tetapi tidak mereka hiraukan. Katanya pemerintah harus begini, pemerintah harus begitu, tidak boleh ada korupsi, uang negara harus dikelola dengan jujur dan sebagainya ketika kita melihat sepak terjang mereka, tetapi dengan kata disiplin waktu mereka “keok”. Padahal menurut pendapat saya, awal kata disiplin dan maknanya yang luas ada pada rasa hormat terhadap waktu.
Bisa kita perbandingkan kata disiplin waktu dengan kemajuan suatu bangsa jika kita melihat negara Jepang. Disiplin bagi penduduk Jepang justru menjadi kehormatan bagi mereka. Tetapi kenapa kita tidak pernah berpikir sampai kesana.
Sikap menghargai waktu adalah awal dari sikap disiplin disegala bidang. Ketika seseorang telah menyepelekan waktu, dia akan lebih mudah untuk menyepelekan masalah yang lain. kita bisa melihat kata korupsi yang pertama kali dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah korupsi waktu, mereka datang terlambat jika ada acara dan mereka juga pulang lebih cepat, menyitir istilah persediaan barang “Last in First Out”, lihatlah juga ketika mereka sudah tidak menghargai waktu, mereka juga berani keluar dari batas-batas kedisiplinan yang lain, yang paling santer adalah “korupsi”. Memang belum bisa dibuktikan secara ilmiah apakah ada korelasi antara disiplin waktu dengan korupsi. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian koruptor itu ada yang melalaikan kewajibannya ngantor untuk mendapatkan uang haram.
Ada satu usul solusi jika saya boleh kemukakan ketika kita melihat kembali kasus sebagian mahasiswa ITS tadi. Mungkin bagi yang beragama Islam, kedisiplinan mengenai waktu ini bisa dipupuk dengan berusaha untuk sholat tepat waktu. Melatih disiplin melalui ini, memang sangat berat bagi kebanyakan mahasiswa, tetapi ini merupakan sebuah solusi yang bisa dicoba dan diterapkan. Sebetulnya sholat telah melatih untuk menghargai waktu, tetapi kebanyakan mahasiswa tidak mengindahkan ketepatan waktu dalam sholat (dan tidak berlaku bagi mereka yang tidak sholat), ditambah lagi dengan sikap menggampangkan dan menyepelekan, sudah jadinya ya…disiplin waktu yang memprihatinkan.
0 komentar:
Posting Komentar