Mungkin kalau ditanya, kira-kira lebih pintar mana orang-orang dulu dengan sekarang, sebagian kita akan menjawab orang-orang dulu lebih pintar daripada sekarang. Boleh saja ada yang berpendapat sebaliknya karena mereka mungkin beralasan dengan perkembangan teknologi, dan orang-orang sekarang lebih mudah mengakses ibaratnya semua yang dia inginkan dimana saja dan kapan saja. Tetapi pembicaraan kali ini bukan masalah kemudahan mengakses ilmu pengetahuan dan kesempurnaan akses ilmu yang diinginkan. Tetapi bagaimana dengan kemampuan otak dan berapa kemampuan yang telah dipakai antara orang-orang sekarang dengan orang-orang dulu.
Fenomena sekarang menunjukkan bahwa banyak diantara kita yang lebih suka jalan pintas untuk menyelesaikan sesuatu. Kita berbicara masalah proses belajar. Saya ingat ketika masih duduk di bangku SMA beberapa lembaga bimbingan belajar menawarkan jurus-jurus sakti dalam menghadapi ujian EBTANAS atau UMPTN (waktu saya dulu masih seperti itu sebutannya, sebelum ada perubahan nama dan sistem yang justru sangat menurunkan kualitas lulusan SLTA). Berbagai jurus sakti tersebut digemari oleh sebagian besar siswa dikarenakan kemudahan pengaplikasiannya dalam soal dan kecepatan dalam pengerjaan soal. Masing-masing lembaga bimbingan belajar memiliki nama-nama tersendiri untuk menyebut jurus sakti mereka. Tapi apapun itu, semua sama….”rumus instan”. Yang sebetulnya tidak mendidik pola berpikir para siswa tetapi justru memberikan mereka rasa malas untuk memahami konsep sebuah pelajaran.
Kemudian setelah beberapa tahun ketika mulai menjamur model search engine, banyak diantara kita lebih menggantungkan apa saja pertanyaan dalam benak kita padanya. Ketika hendak mengerjakan suatu soal, tinggal klik, masukkan sebuah kata kunci yang ingin di cari dan, sim salabim….layar akan menampilkan daftar link yang mungkin salah satunya cocok dengan pertanyaan kita. Kemudian dengan adanya link tersebut, konten didalamnya tinggal comot (copy paste) di aplikasi kita, kemudian dirubah dikit, sehingga seolah-olah menjadi kerjaan kita ketika mengerjakan tugas kuliah. Dengan adanya fasilitas tersebut banyak diantara kita yang malas buka buku, kemudian berusaha untuk menyelesaikan sendiri dengan logika yang kita miliki, kita lebih suka yang instan dan cepat. Pokoknya kalau bisa instan kenapa harus repot-repot dengan susahnya buka buku, lamanya mencari solusi sebuah permasalahan. Padahal yang instan justru tidak menyehatkan (seperti mie instan yang ternyata banyak mengandung zat berbahaya).
Fenomena-fenomena ini sebetulnya menjawab sebuah pertanyaan sebelumnya, lebih pintar mana antara orang-orang dulu dengan sekarang. Ya…jawabnya mungkinyang lebih mendekati kebenaran adalah orang-orang dulu. Mereka ketika menghadapi permasalahan tidak menggunakan sebuah teknologi apapun, bahkan dalam urusan jual-beli, hitung menghitung rugi laba, tidak ada kalkulator dan semacamnya. Para ilmuwan dulu bahkan perlu bertahun-tahun dengan coretan-coretan di atas kertas untuk memikirkan suatu hukum yang ternyata hukum tersebut langgeng sampai sekarang walaupun orang-orang sekarang lebih punya fasilitas, tetapi tidak banyak dari kita yang telah membuat sebuah hukum yang langgeng dan dipelajari orang banyak. Lihat saja hukum-hukum Newton, Archimedes, Galileo, Descartes, Gauss dan lain sebagainya. lalu bagaimana dengan anda? Lebih suka yang instan tetapi mengurangi otak kemampuan anda atau memadukan yang instan dengan kemampuan logika anda?
0 komentar:
Posting Komentar